PURWAKARTA | Wajah pilu terpancar dari empat anak yang ditinggal oleh kedua orang tuanya. Mereka tinggal satu atap di sebuah rumah kontrakan di Jalan Pramuka, Kampung Cikadu, RT 25 RW 6, Desa Bunder, Kecamatan Jatiluhur.
Namun pilu itu seketika sirna saat mereka kedatangan Anggota DPR RI Dedi Mulyadi. Keempatnya kini bisa hidup layak dan diangkat sebagai anak asuh Kang Dedi Mulyadi.
Di rumah kontrakan itu tinggal empat kakak adik Devina (15), Rama (11), Reza (10) dan si bungsu Rangga (5). Mereka kini menggantungkan hidup dari bibi dan anaknya (sepupu) yang tinggal di kontrakan sebelah.
Hariyanti (26), sepupu dari empat anak itu menjelaskan mereka ditinggal tanpa kabar sejak satu tahun lalu. Kedua orang tua mereka sudah berpisah dan hidup masing-masing.
"Bapaknya kerja di Kalimantan, terakhir kasih nafkah setahun lalu. Ibunya kerja di Jakarta," ujar wanita yang karib disapa Yanti ini.
Akhirnya Yanti dan ibunya mengurus keempat anak itu mulai membiayai makan hingga membayar kontrakan. Namun belakangan keluarga Yanti tak mampu lagi membiayai anak-anak tersebut hingga kontrakan menunggak tiga bulan.
Yanti sendiri awalnya bekerja di sebuah pabrik kopi di Karawang. Ia pun keluar karena mendapat tawaran kerja di Kamboja. Nahas ia terkena tipu dan dideportasi karena dianggap pekerja ilegal. Semua biaya dan ongkos yang dibayar pun hangus.
Sementara ibu Yanti juga sudah tidak bekerja. Awalnya ia bekerja sebagai terapis pijat refleksi di Cikarang. Namun selama pandemi dan PPKM ia harus berhenti bekerja.
"Waktu itu masih ada biaya untuk anak-anak dari tabungan sisa kerja. Sekarang sudah habis karena saya sama ibu belum dapat kerja lagi. Makanya kontrakan mereka tidak terbayar sudah 3 bulan dan sekarang mau sekolah tatap muka belum ada untuk seragam," ujarnya.
Mendengar hal tersebut Dedi pun langsung mengajak anak-anak bersama Yanti untuk membeli berbagai kebutuhan sembako hingga sekolah. Bahkan uang kontrakan dibayar tunai untuk satu tahun ke depan.
"Untuk tetehnya (Yanti) mulai besok bisa bekerja di UMKM KDM Center membantu menjelaskan soal tata kelola keuangan berbasis digital. Jadi bulan depan sudah dapat gaji dan bisa bantu lagi anak-anak," ucap Dedi.
Selain mengajak belanja kebutuhan sehari-hari dan sekolah, mereka juga diajak makan di kafe oleh Kang Dedi Mulyadi. Sambil mengobrol Dedi menawari mereka yang sudah menjadi anak asuh untuk pindah ke Pesantren Cireok. Namun mereka masih pikir-pikir untuk tawaran tersebut.
"Masalah sudah kelar, kakaknya (Yanti) sudah bisa kerja, adiknya bisa sekolah. Kita selesaikan masalah satu-satu dalam setiap waktu, tidak boleh menunda masalah karena nanti akan berkembang," ucapnya.
"Hidup adalah catatan kisah. Keprihatinan saat usia dini seringkali berubah kisah manis saat dewasa bagi mereka yang menafakurinya," pungkas Kang Dedi Mulyadi.(Bd)